Selamat sore
viewers, kali ini saya akan membahas topik mengenai teknik bercocok tanam.
Bercocok tanam bayangannya pasti lahan luas, nah bagaimana kalau kalian
mempunyai lahan sempit, tetapi mau bercocok tanam?
Sistem
pertanian vertikultur adalah sistem budi daya pertanian yang dilakukan secara
vertikal atau bertingkat. Sistem ini cocok diterapkan di lahan-lahan sempit
atau di pemukiman yang padat penduduknya. Sistem ini dapat menjadi solusi kesulitan
mencari lahan pertanian yang tergusur oleh perumahan dan industri.
Kelebihan dari
teknik ini yaitu: (1) efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya
lebih banyak dibandingkan sistem konvensional, (2) penghematan pemakaian pupuk
dan pestisida, (3) kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil, (4) dapat
dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu, (5)
mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman, dan (6) adanya atap plastik
memberikan keuntungan (a) mencegah kerusakan karena hujan, (b) menghemat biaya
penyiraman karena atap plastik mengurangi penguapan.
Sedangkan
kekurangannya adalah (1) rawan terhadap serangan jamur, karena kelembaban udara
yang tinggi akibat tingginya populasi tanaman adanya atap plastik, (2)
investasi awal cukup tinggi, (3) sistem penyiraman harus continu, dan
diperlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya tangga sebagai alat bantu
penyiraman.
Jenis tanaman
yang dapat ditanam dengan sistem ini sangat banyak, misalnya tanaman buah dan
sayur semusim (sawi,selada, kubis, wortel, tomat, terong, cabai dan lain-lainnya),
juga bunga seperti anggrek, bougenville, mawar, melati, azelea dan kembang
sepatu yang diatur tingginya dengan pemangkasan.
Pelaksanaan vertikultur dapat menggunakan bangunan khusus (modifikasi dari sistem green
house) maupun tanpa bangunan khusus, misalnya di pot gantung dan penempelan di
tembok-tembok. Wadah tanaman sebaiknya disesuaikan dengan bahan yang banyak
tersedia di pasar lokal. Bahan yang dapat digunakan, misalnya kayu, bambu, pipa
paralon, pot, kantong plastik dan gerabah. Bentuk bangunan dapat dimodifikasi
menurut kreativitas dan lahan yang tersedia. Yang penting perlu diketahui lebih
dahulu adalah karakteristik tanaman yang ingin dibudidayakan sehingga kita
dapat merancang sistemnya dengan benar.
Media yang
digunakan biasanya terdiri atas: (1) top soil; yaitu berupa lapisan tanah yang
banyak mengandung humus, (2) pasir halus, (3) pupuk kandang, (4) pupuk hijau dan
(5) kapur pertanian. Komposisinya tergantung kandungan unsur hara masing-masing
lokasi. Bila kita kesulitan untuk menentukan komposisi, kita dapat menggunakan
metode trial and error untuk beberapa komposisi dan kemudian dipilih yang
hasilnya paling baik.
Demikian
sekilas tentang sistem pertanian vertikultur. Informasi lebih jauh dapat
dibaca pada buku-buku tentang pertanian vertikultur, misalnya VERTIKULTUR, Bercocok
tanam secara bertingkat karangan Ir. L.Widarto.
Sumber : PUSAT INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN (PITT) ELSPPAT. http://www.elsppat.or.id/download/file/w3_a2.pdf